Wanita dan CX:
Implementasi CX Dalam Rumah Tangga
untuk Wujudkan Work-Life Balance

Work-Life Balance. Bagi sebagian besar orang yang bergerak di bidang bisnis, baik itu pengusaha atau pekerja, pasti sering mendengar istilah tersebut. Secara garis besar, istilah work-life balance merujuk kepada keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi atau keluarga.

Secara spesifik, istilah tersebut bisa digunakan untuk merujuk kepada kondisi kemampuan seseorang dalam memanage waktu yang seimbang untuk pekerjaan, dan kebutuhan pribadinya, termasuk kehidupan keluarga, kebutuhan rekreasi, dan lainnya.

Bagaimana cara melakukannya?

Terkait hal ini, Deputy Executive Vice President CX & Digitization Telkom Indonesia, Sri Safitri menjelaskan jika konsep keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi tidak bisa dilakukan 50:50, tapi harus dilakukan 100:100. Artinya, kita harus bisa melakukan semua peran secara total.

“Kalau saya itu tidak percaya bahwa work-life balance itu harus 50:50. Kalau saya meyakini work-life balance 100:100,” Ujar Sri Safitri, dalam sebuah perbincangan CX Corner, bertajuk Women in and with CX yang tayang di channel YouTube ICXP.

“Jadi ketika kita di kantor, kita harus totalitas 100% untuk kantor, melakukan yang terbaik untuk kantor. Ketika kita di rumah, kita harus 100% untuk rumah, melakukan yang terbaik untuk suami dan anak-anak. Totalitas untuk keluarga.” lanjutnya.

Namun dalam kondisi tertentu terkadang muncul permasalahan yang membuat konsep keseimbangan tersebut sulit terwujud, bahkan terlihat mustahil untuk diwujudkan.

Misalnya selama pandemi, dimana seorang wanita karir harus berhadapan dengan situasi work from home. Mau tidak mau wanita karir harus bisa membagi waktu antara pekerjaan kantor dan keluarga, di satu waktu dan satu tempat, yakni rumah.

Untuk menyiasati hal tersebut, CEO Xynexis Internasional, Eva Noor, menilai jika menciptakan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan karier selama WFH bisa dimulai dari membuat prioritas, baik dalam bekerja maupun dalam menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga.

Dengan adanya prioritas, meski berada di rumah kita akan tetap memiliki kontrol agar keseeimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi berjalan seeimbang.

Lebih lanjut lagi, Eva menjelaskan jika wanita dibekali dengan kemampuan multitasking. Kemampuan inilah yang bisa dimaksimalkan wanita karier untuk bisa menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga, tanpa harus mengorbankan pekerjaan, dan sebaliknya.

Trik selanjutnya yang bisa Anda terapkan untuk menciptakan work-life balance selama WFH bagi Ibu Rumah Tangga adalah kompromi dengan anggota keluarga lainnya, terutama pasangan.

Hal ini bisa dilakukan dengan mengetahui limit atau batas kemampuan masing-masing. Setelah itu Anda bisa memberitahu kepada anggota keluarga lainnya terkait batasan maksimal yang bisa diberikan selama di rumah.

Trik ini dilakukan bukan hanya untuk mengakomodasi kebutuhan Anda dan anggota keluarga, tanpa mengorbankan kebutuhan lainnya, tapi juga dilakukan untuk mencegah terjadinya burnout selama WFH.

“Masing-masing punya tanggung jawab. Selama pandemi, burnout bukan hanya terjadi pada wanita karir yang bekerja dari rumah (WFH), tapi juga bisa menimpa wanita yang bekerja 100% sebagai ibu rumah tangga,” ujar Eva.

“Nah kalau di CX, kita harus mengenal limitasi kita seperti apa, dan customer pun harus tahu limitasi yang kita miliki. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya burnout.” pungkasnya.

CX Corner sendiri merupakan program diskusi terkait Customer Experience, yang kerap dihadiri pakar Customer Experience terkemuka di Indonesia, dan dipandu oleh Cut Noosy, Director of Customer Experience Grab Indonesia.

Source: https://cxsense.com/id/artikel/wanita-dan-cx-implementasi-cx-dalam-rumah-tangga-untuk-wujudkan-work-life-balance-id