Prediksi dan Perkembangan Ekonomi Digital
di Indonesia
Jakarta – Telkom Indonesia kembali mengadakan kegiatan CX Talks bekerja sama dengan Indonesia Customer Experience Professional (ICXP) yang memiliki tema “Reinventing CX to Boost Retail Growth in the New Normal Era“ pada Rabu (27/10/2021). Sebuah edisi khusus CX Talks dalam rangkaian program membahas bagaimana brand dapat menemukan keseimbangan yang baik antara otomatisasi tanpa gesekan, sambil tetap mempraktikkan empati dan memberikan a positively humanised customer experience. CX Talks kali ini menghadirkan Bima Laga sebagai Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia. Pada CX Talks ini, Bima Laga menjelaskan dalam transaksi e – commerce di Indonesia pada tahun 2020 data menunjukkan bahwa total transaksi sebesar mencapai 253 Trilliun.
Lalu di prediksi secara year on year pada tahun 2021 growth nya bisa mencapai lebih dari 30% dan di prediksi sendiri ekonomi digital di Indonesia pada tahun 2025 itu sebesar $124 Miliar USD menurut Google Temasek. Pada 2 tahun terakhir idEA sebagai Asosiasi E-Commerce Indonesia menyelenggarkan hari belanja nasional (HARBOLNAS) yang telah berjalan selama 2 tahun ini, dimana pada kegiatan Harbolnas terjadi kenaikkan transaksi sebesar 70,5% selama 2 tahun (2018-2020). idEA memiliki peran dalam menggerakkan para UMKM untuk terjun ke dalam dunia online. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2020 data transaksi pada kegiatan HARBOLNAS pada produk lokal dan produk online memiliki nilai sebesar Rp 11,6 Triliun , dimana produk lokal memberikan kontribusi sebesar Rp 5,6 Triliun (+22% dari 2019). Dalam kegiatan CX Talks ini Bima Laga menjelaskan bahwa onboarding UMKM Digital mempunyai tiga fase :
1. Digitalisasi Lokal
Dalam digitalisasi lokal seperti UMKM lokal ini merupakan bisnis yang berbasis lokal yang memiliki karakteristik produk lokal dengan target pemasaran dan pelanggan lokal. Contoh toko eceran, toko grosir, resto, kafe, warung, katering, usaha rumahan, petani, peternak, nelayan, pengepul, jasa servis, jasa teknik, jasa lainnya dan usaha lokal lainnya. UMKM Lokal ini menjual produk dan jasa dalam bentuk fisik.
2. Digitalisasi Nasional
Dalam digitalisasi nasional seperti UMKM Nasional yang merupakan bisnis yang berbasis lokal yang memiliki karakteristik produk nasional serta berdaya saing nasional. Selain itu UMKM Nasional ini memiliki produk yang dipasarkan secara nasional. Contoh produsen, ,distributor, reseller, retailer, dan dropshiper. UMKM Nasional menjual produk dan jasa dalam bentuk fisik serta digital.
3. Digitalisasi Global
Dalam digitalisasi nasional seperti UMKM Ekspor merupakan bisnis lokal yang memiliki karakteristik produk global serta daya saing global. Produk yang dihasilkan oleh UMKM Ekspor ini dapat dipasarkan secara global contoh; produsen, distributor, dan eksportir. UMKM Ekspor menjual produk dan jasa dalam bentuk fisik serta digital.
Dengan melihat ketiga fase onboarding UMKM digital, kita bisa memanfaatkan digitalisasi terhadap dunia retail hingga ke tahap global. Di Indonesia memiliki program Bangga Buatan Indonesia yang diluncurkan langsung oleh Presiden Indonesia Joko Widodo pada 14 Mei 2020. Dengan program Bangga Buatan Indonesia dapat mendorong pelaku usaha untuk menjalankan usahanya secara daring sebagai langkah awal bangkit dari dampak pandemi COVID 19. Banyak para pelaku usaha yang menjalankan secara offline harus terpaksa tutup karena tak lagi mampu mendapat perputaran omset yang sesuai.
Dengan industri digital secara jangka panjang menawarkan potensi pasar yang sangat menarik. Dibanyak negara industri digital juga mengalami perkembangan ekonomi digital yang pesat. Selain itu di Indonesia memiliki jumlah pengguna internet yang terus meningkat, pelaku usaha harus memanfaatkan peluang tersebut. Dengan jumlah pengguna internet yang terus meningkat merupakan target pasar yang sangat besar.
Bima Laga, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia menjelaskan bahwa “ Hingga saat ini (14 mei 2020 – september 2021) sudah ada sekitar 8,4 juga pelaku UMKM onboard di platform e – commerce”. Pemerintah dan idEA terus membahas dan bekerja sama dalam beragam program guna mendorong pertumbuhan ekosistem industri digital ini. Bima Laga menyampaikan bahwa ketika pandemi COVID 19 ini sudah selesai, harapannya para pelaku usaha online bisa terus mengembangkan usahanya baik produk, service, maupun customer experience.
Pada CX Talks ini, Bima Laga menjelaskan “ Sekarang ini sudah saatnya kita bersama – sama untuk menggerakkan perekonomian kedua – duanya (online – offline), kehadiran offline tetap diperlukan. Kenapa? Kita bisa merasakan feelt nya seperti memegang barangnya, tetapi kehadiran di online juga diperlukan karena dengan pandemi yang situasinya tidak menentu semua transaksi itu bisa berjalan baik dengan representatif online.”